Sudah banyak tulisan yang membahas mengenai memahami istilah ISO, Aperture dan Shutter Speed. Ratusan tulisan yang bahas mengenai hal ini dapat Anda cari melalui internet di website fotografi, tetapi mungkin Anda masih saja bingung karena bahasannya ngga komplit, sepotong – potong atau juga tulisan tersebut berusaha menjelaskan istilah segitiga eksposur dengan analogi yang justru membuat Anda ngga paham fungsi dan hasilnya pada foto Anda.
Terus buat apa membaca artikel ini, toh sudah banyak yang nulis, eits tunggu dulu 🙂 ada yang bikin beda dengan artikel ini ? karena Anda tidak akan mendapatkan cerita dongeng mengenai ISO, Aperture, dan Shutter Speed, tapi langsung pada fungsi teknisnya dan hasil penerapannya pada foto Anda. Lanjutin membaca artikel ini, karena ngga bakalan bikin Anda kecewa 🙂
3 Elemen Fotografi :
> ISO : angka yang menunjukkan tingkat sensitivitas sensor kamera menerima cahaya.
> Aperture : angka yang menunjukkan lebar bukaan lensa (diafragma) ketika foto diambil.
> Shutter Speed : angka yang menunjukkan lamanya waktu buka tutup kamera ketika mengambil gambar.
Ke-tiga elemen diatas saling terikat, ngga boleh diceraikan. Perubahan pada satu elemen akan merubah elemen yang lain, tujuannya untuk mencapai keseimbangan dalam foto agar didapat hasil yang baik.
> Apa itu ISO ?
ISO itu adalah tingkat sensitivitas sensor kamera digital menerima cahaya. ISO dinyatakan dalam angka (pada umumnya) : 100, 200, 400, 800, 1600. Dampaknya pada kamera : semakin angkanya kecil (ISO 100) maka kemampuan sensor kamera menerima cahaya menjadi rendah, sebaliknya jika angkanya besar (ISO 1600) maka kemampuan sensor kamera menerima cahaya menjadi lebih tinggi.
Hasilnya pada foto : bila diperhatikan pada ISO 100 foto lebih bersih, sementara pada ISO 1600 maka foto akan terlihat sedikit kotor (ada bintik – bintik, yang dalam istilah fotografi adalah noise)
> Apa itu Aperture ?
Aperture adalah ukuran dari lebar atau kecil bukaan (diafragma) dari lensa kamera Anda. Aperture dinyatakan dengan penulisan : “f-stops”, angkanya : f3.5 – f4 – f4.8 – f5.6 – f6.7 – f8 – f11 – f13 – f16 – f19 – f22.
Dampaknya pada kamera :
* semakin kecil angka “f-stops” (f-3.5) maka bukaan lensa lebih besar, yang artinya jumlah cahaya yang masuk menjadi lebih banyak.
* semakin besar angka “f-stops” (f-22) maka bukaan lensa lebih kecil, yang artinya jumlah cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit.
Ketika awal belajar fotografi, mungkin Anda akan sedikit kebingungan antara : aperture besar (jumlah cahaya masuk lebih banyak) dinyatakan dengan angka “f-stops” yang kecil, sementara aperture kecil (jumlah cahaya masuk lebih sedikit) dinyatakan dengan angka “f-stops” yang besar. Bagi sebagian besar pemula fotografi akan sedikit bingung, tetapi lama kelamaan Anda akan terbiasa.
Hasilnya pada foto : aperture memberikan efek ruang tajam pada frame foto Anda (bahasa fotografinya disebut depth of field), ketika Anda mem-fokus sebuah obyek, pasti ada pada obyek tersebut yang berada di depan fokus (foreground) dan dibagian belakang fokus (background). Ketika “f-stops” berada di f-3.5, maka akan dihasilkan ruang tajam yang lebih sedikit pada frame foto dibandingkan bila “f-stops” berada di f-22 (ruang tajam lebih luas).
> Apa itu Shutter Speed ?
Shutter speed adalah lamanya waktu buka tutup lensa kamera Anda. Shutter speed dinyatakan dalam satuan detik, atau dibanyak kasus foto biasanya dalam sepersekian detik (1/n detik) seperti : 1/20 – 1/30 – 1/60 – … – 1/500 – 1/750 – 1/1000. Semakin besar angka “n” maka semakin cepat (contoh : 1/1000 lebih cepat dari 1/20)
Hasilnya pada foto : dipengaruhi oleh 2 hal yang utama yaitu ; pertama : tangan Anda yang sedang memegang kamera, dibanyak kasus ketika Anda sedang memegang kamera dan ingin memotret maka setidaknya dibutuhkan kecepatan 1/60 detik untuk menjaga agar foto yang dihasilkan tetap tajam, bila kecepatan lebih kecil (1/45 atau 1.30) bisa saja foto yang dihasilkan menjadi ngeblur, akibat dari goyangan kecil dari tangan Anda, sehingga Anda membutuhkan tripod untuk memotret. Kedua : obyek yang difoto tersebut adalah obyek yang sedang bergerak, maka Anda perlu menaikkan shutter speed agar Anda dapat menghasilkan obyek yang tajam (misalnya 1/125 atau 1/180 untuk memotret orang yang sedang berjalan kaki).
Kapan harus memutuskan mengunakan kecepatan (shutter speed) tertentu ? jawabannya kembali kepada Anda, hasil seperti apa yang Anda inginkan ketika memotret sebuah obyek, bila Anda ingin meng-freeze sebuah gerakan (obyek bergerak menjadi seolah-olah terlihat berhenti) maka Anda perlu meningkatkan shutter speed (tergantung dari kecepatan gerak obyek yang Anda bidik) atau Anda ingin melambatkan shutter speed kamera, sehingga momen gerakan dari obyek terlihat ngeblur.
Dengan memahami istilah ISO, aperture dan shutter speed serta efeknya pada foto, sekarang bersiaplah Anda untuk menjadi fotografer yang kreatif. Selamat memotret 🙂